Wahhabiyah dan Peristiwa 11 September
Pascaperistiwa 11 September di Amerika beredar isu dan spekulasi-spekulasi bias mengenai Wahhabiyah. Orang-orang yang memusuhi dakwah peninggalan Muhammad bin Abdul Wahhab dan yang dengki terhadap negara Saudi serta penduduknya, baik yang muslim maupun yang non-muslim, sama melontarkan tuduhan bahwa Wahhabiyah berada di balik peristiwa itu. Tuduhan tersebut dipercaya begitu saja oleh media massa, para penulis, dan para politikus.
Semua kontroversi tersebut sudah cukup sebagai bukti bahwa sesungguhnya manusia itu berpandangan dan bersikap minor terhadap seruan reformasi tersebut berikut para pengikut dan negara yang menjadi sponsornya. Padahal, sebagian besar mereka tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya. Hal tersebut karena keinginan nafsu, kekerasan, kezhaliman, taqlid buta, kegelapan, dan kebodohan terlanjur mendominasi sikap dan hukum mereka terhadap seruan reformasi teresbut berikut pada pengikut dan negaranya.
Sesungguhnya seruan reformasi tersebut, apa pun nama atau predikat yang diberikan oleh manusia, merupakan eksistensi yang mencerminkan Islam dan sunnah Nabi yang murni dan bersih, seperti yang dibawa oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan dipahami oleh para Sahabat dan Salafusshalih. Jadi, seruan reformasi ini bebas dari segala tuduhan minor yang dialamatkan kepadanya, sebagaimana yang akan diterangkan dalam pembicaraan nanti.
Hakikat Dakwah Menurut Kesaksian Orang-orang yang Jujur
Ada baiknya kalau saya kemukakan pernyataan atu kesaksian dari orang-orang di luar penduduk Najd yang mengenal secara dekat dakwah reformasi Muhammad bin Abdul Wahhab berikut negaranya yang sekarang, para ulamanya, dan para pengikutnya. Di antara mereka ialah Ustadz Hafizh Wahbah. Dalam kitabnya berjudul Ma Hiya Da'wah Al-Wahhabiyah ia mengatakan,
"Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bukanlah seorang nabi, seperti yang dianggap oleh Nibher warga Denmark. Tetapi, beliau adalah seorang pembaharu yang mengajak kepada agama yang haq. Beliau juga bukan seorang guru yang memiliki ajaran-ajaran tersendiri atau pendapat-pendapat yang khusus. Semua hukum furu' yang diterapkan di Najd adalah yang pernah diterapkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal. [4] Adapun mengenai masalah akidah, mereka mengikuti Salafusshalih dan menyalahi yang lainnya. Akidah dan ibadah mereka cocok sekali dengan apa yang ditulis oleh Ibnu Taimiyah dan muridnya dalam kitab-kitab karya mereka, kendatipun dalam beberapa masalah furu' mereka tidak sependapat. Menurut mereka, akidah dan ibadah yang dilakukan oleh kaum muslimin sekarang ini banyak yang tidak cocok dengan dasar-dasar agama Islam yang benar."
Saksi lain ialah Doktor Munir Al-Ajlani. Menjawab pertanyaan: Apa sifat gerakan Wahhabiyah itu? Ia berkata,
"Tidak sedikitpun penulis yang membahas pertanyaan tersebut, dan jawaban mereka beragam. Ada yang mengatakan bahwa Wahhabiyah adalah gerakan murni keagamaan yang ingin mengembalikan Islam pada jati dirinya yang pertama. Oleh karena itulah, gerakan ini dengan gigih memerangi segala bentuk kemusyrikan dan mengingkari setiap bid'ah yang diada-adakan sepeninggalan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Ada yang mengatakan bahwa Wahhabiyah adalah gerakan politik yang bertujuan untuk memisahkan Najd dan negara-negara Arab lainnya dari kekuasaan Kekhalifahan Usmaniyah, dan mendirikan pemerintahan Arab yang otonom. Agama hanya dijadikan sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan tersebut.
Ada juga yang mengatakan bahwa Wahhabiyah adalah gerakan perpaduan antara kepentingan agama dan nasionalis. Sebab, dalam beberapa bidang ia berjuang untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang bersifat agama dan nasionalis, mendirikan sebuah pemerintahan, dan mewujudkan sebuah sistem yang berdasarkan Islam salafi."
Seorang orientalis berkebangsaan Prancis bernama Henry Louis berkata, "Sesungguhnya semangat gerakan Wahhabiyah dan maknanya tidak pernah memberikan penentuan yang jelas dan sempurna."
Sekali tempo dikatakan bahwa Wahhabiyah adalah sebuah gerakan keagamaan yang bertuuan mengembalikan Islam pada jati dirinya yang pertama. Pada tempo yang lain dikatakan bahwa Wahhabiyah adalah sebuah gerakan pemurnian, radikal, dan menentang akidah pengkultusan para wali dan memeranginya tanpa ada kompromi sama sekali.
Semua itu hanya sekedar upaya mengidentifikasi Wahhabiyah dengan ciri-ciri yang tidak mendasar, seperti yang dikemukakan oleh musuh-musuhnya, atau seperti yang diperlihatkan oleh sebagian pengikutnya sendiri yang berlebihan.
Tidak ada cara untuk memahami gerakan Wahhabiyah dengan pengertian yang benar, kecuali dengan menyimak kitab As-Siyasah Asy-Syar'iyyah karya Ibnu Taimiyah. Dengan demikian kita akan tahu bahwa sesungguhnya Wahhabiyah adalah sebuah gerakan pembaharuan bersifat politik dan keagamaan yang bertujuan untuk mendirikan negara Islam atas dasar yang telah dikemukakan oleh Ibnu Taimiyah dalam kitab As-Siyasah Asy-Syar'iyyah.
Kita cukup membaca kitab berjudul Majmu'ah Ar-Rasa'il wa Al-Masa'il An-Najdiyah yang diterbitkan oleh pemerintah Arab Saudi supaya kita tahu persis bahwa sebenarnya pemikiran-pemikiran Wahhabiyah itu bersumber dari kitab As-Siyasah Asy-Syar'iyyah dan kitab Al-Hisbah karya Ibnu Taimiyah serta kitab As-Siyasah Al-Hukmiyah karya Ibnul Qayyim Al-Jauziah.
Pendapat kami: [5]
Menurut kami, pada awalnya dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab ialah seruan untuk kembali kepada Islam. Kalau kita sudah sepakat atas hal itu, kita tidak perlu bersusahpayah untuk berdebat kusir.
Sesungguhnya orang yang menyeru kepada Islam yang pertama, pada hakikatnya ia menyeru kepada Islam seperti yang terlihat di Madinah pada zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, kemudian pada zaman Khulafaurrasyidin.
Gerakan Muhammad bin Abdul Wahhab adalah gerakan pembaharuan dan pembersihan. Maksudnya ialah pembaharuan terhadap urusan-urusan Islam yang diabaikan oleh kau muslimin dan pembersihan terhadap segala bentuk kemusyrikan serta bid'ah yang mereka masukkan ke dalam Islam.
Jadi, dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab bukanlah dakwah seorang filosof yang menyendiri di kamarnya, melainkan dakwah seorang tokoh pembaharu yang berjuang demi membela akidahnya dan mengamalkannya dengan lisan serta tangannya, dengan segenap hati, akal, dan kemampuannya.
Sesungguhnya dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bukanlah sebuah teori atau sebuah buku yang ditulis agar dibaca oleh manusia. Tetapi, sebuah manhaj resmi yang bertuuan untuk diamalkan. Pertama-tama dengan menggunakan nasihat, selanjutnya dengan menggunakan kekuatan negara Islam yang didirikan hanya atas dasar syari'at saja.
Manhaj Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bukanlah reformasi di bidang keagamaan murni saja dalam arti seperti yang dipahami oleh orang-orang Eropa. Sebab, mereka itu menganut paham sekuler yang memisahkan antara agama dan dunia. Mereka menganggap bahwa agama itu adalah hubungan khusus antara seorang hamba dan Tuhan Sang Penciptanya saja. Agama tidak mau mempengaruhi para pengikutnya dengan menggunakan kekuatan. Selanjutnya, mereka memisahkan antara hukum syari'ah dan hukum buatan manusia. Menurut mereka, sesungguhnya negara mewajibkan rakyat untuk taat kepada undang-undang yang memang dibuat untuk mereka. Tetapi, hal itu tidak berlaku bagi hukum syari'at. Bahkan, ada undang-undang yang bertentangan dengan hukum syari'at.
Anggapan mereka itu keliru. Sebab, Islam adlaah sebuah kesatuan agama dan dunia. Oleh karena itu, dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah dakwah yang mencakup urusan-urusan yang bersifat agama dan politik. [6]
[Bersambung..]
[Ditukil dari kitab Hanya Islam Bukan Wahhabi oleh Prof. Dr. Nashir Bin Abdul Karim Al-Aql, halaman 7-10. Judul asli: Islamiyyah Laa Wahhabiyyah. Terbitan Darul Falah, Jakarta, Indonesia.]
_______________
Nota kaki:
[4] Muhammad bin Abdul Wahhab dan para ulama pengikutnya menegaskan bahwa sekalipun berpegang pada pendapat Imam Ahmad bin Hanbal, namun mereka tetap menggunakan dalil. Meskipun mereka berbeda madzhab, karangan, dan fatwa-fatwa dalam hal itu hingga sekarang ini.
[5] La Yazali Al-Hadits karya Al-Ajlani
[6] Tarikh Al-Bilad Al-Arabiyah As-Sa'udiyah I/239-252
No comments:
Post a Comment