Sunday, March 18, 2007

Gerakan Wahhabi: Hakikat Gerakan Reformasi Dan Negara Arab Saudi Yang Pertama (Bhgn 1)


Islam Bermanhaj Salafusshalih

Salah satu hakikat yang tetap dan agung yang harus diakui bahwa sesungguhnya seruan reformasi yang dilakukan Imam Muhammad bin Abdul Wahhab At-Tamimi Rahimahullah (1115 - 1206 Hijriah / 1703 - 1792 Masehi) dan yang dibela oleh Imam Muhammad bin Sa'ud Rahimahullah (wafat tahun 1179 Hijriah / 1765 Masehi) adalah seruan yang berdasarkan pada manhaj Salafusshalih Ahli Sunnah wal Jama'ah sepanjang sejarah Islam. Itulah manhaj Islam hakiki yang ditempuh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, Sahabat, tabi'in, para pemimpin agama dari empat madzhab yang terkenal, para ulama ahli hadits serta ulama ahli fiqih terkemuka, dan yang lainnya.

Jadi, pada hakikatnya gerakan reformasi yang diberkahi ini berikut semua kandungan misi dan manhajnya sesuai akidah, ilmu, dan amal. Tidak lain adalah cerminan dari Islam itu sendiri yang bertujuan mengubah kebodohan dan penyimpangan yang terjadi di kebanyakan kalangan kaum muslimin dengan meluruskan akidah, memurnikan ibadah, menghidupkan sunnah Nabi, dan memerangi berbagai kemusyrikan serta bid'ah yang diada-adakan dalam agama.

Ustadz Abdurrahman Ar-Ruwaisyid mendukung pemikiran Wahhabiyah dan menganggap bahwa gerakan tersebut bukan sebuah madzhab baru, melainkan sebua gerakan yang bertujuan menghidupkan agama yang benar. Ia mengatakan dalam kitabnya Al-Wahhabiyah Harakah Al-Fikri wa Ad-Daulah:

"Wahhabiyah bukan merupakan agama baru atau madzhab yang diada-adakan seperti isu yang dihembuskan oleh orang-orang yang tidak simpati kepadanya. Akan tetapi, Wahhabiyah adalah hasil perjuangan murni yang menyerukan untuk kembali kepada ajaran Islam sejati yang bersumber dari tasyri' yang murni dan mengajak pada gerkan pembersihan total terhadap segala bentuk kemusyrikan, bid'h, penyimpangan, serta kesesatan yang dapat menodai kesucian iman, merusak agama, dan menjauhkan kesetiaan kaum muslimin terhadap nilai-nilai ajarannya, baik dari segi keyakinan maupun perilaku." [1]


Nama Wahhabiyah dan Upaya Pelurusannya

Nama Wahhabiyah yang melekat pada gerakan reformasi ini pertama kali diberikan oleh musuh-musuhnya. Mereka memberikan nama tersebut dengan maksud-maksud (yang negatif) menjadikannya lari, sebagai celaan, dan menyacatkannya. Mereka menganggapnya sebagai madzhab yang diada-adakan dalam Islam, atau madzhab yang kelima.

Padahal, penggunaan nama Wahhabiyah sama sekali tidak disenangi, bahkan sama sekali tidak dikenal di kalangan tokoh dan para pengikut gerakan reformasi itu sendiri. Begitu pula di kalangan orang-orang salaf Ahli Sunnah wal Jama'ah. Sebagian besar orang-orang yang netral juga merasa aneh terhadap pemberian nama Wahhabiyah tersebut kerana mereka tahu bahwa pada mulanya pemberian nama seperti itu bertujuan untuk memusuhi, mendiskreditkan, menutup-nutupi kebenaran dari orang lain, [2] membikin jarak antara seruan gerakan reformasi Muhammad bin Abdul Wahhab dan kaum muslimin yang masih awam, orang-orang bodoh, dan para pengikut kelompok yang berpecah-belah, bahkan mereka menyesatkan para ulama serta para cendekiawan yang belum mengenal hakikat gerakan tersebut dan realitanya.

Predikat Wahhabiyah bagi gerakan reformasi tersebut memang sudah sangat populer di kalangan orang lain dari musuh-musuh dakwah, sebagian pengikut dan para pendukung, serta orang-orang yang netral sebagai sikap toleran terhadap musuh dakwah ini.

Predikat itu pula yang sampai sekarang ini masih tetap laris di kalangan sebgian besar penulis, cendekiawan, sejarawan, politikus, lembaga-lembaga keilmuan, dan media informasi. Bahkan, ironisnya predikat Wahhabiyah meluas sehingga diberikan kepada tokoh-tokoh serta gerakan-gerakan tertentu yang menyimpang dari manhaj yang benar. Inilah penyebab terakumulasinya kebohongan dan dongeng-dongeng di sekitar gerakan reformasi tersebut berikut para pelakunya, dengan kebohongan serta kebathilan.

Adapun para pengikut gerakan ini tidak menganggap benar nama Wahhabiyah ini dan tidak pula diliputi berbagai kesalahan dan kebingungan. Dikarenakan gambaran-gambaran (Wahhabiyah) telah banyak memuaskan dalam bidang syari'ah, ilmiah, metode, dan kenyataan yang telah saya ringkas dan kemukakan sebelumnya bahwa gerakan tersebut merupakan cerminan dari Islam sejati yang dibawa oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan diikuti Salafusshalih dari kalangan Sahabat, tabi'in, dan orang-orang yang setia menempuh jalan petunjuk. Jadi, bila demikian, pembatasan penamaan selain Islam dan sunnah merupakan kesalahan yang sangat besar dan bid'ah yang diada-adakan dan tertolak.

Orang yang mau mengkaji gerakan reformasi tersebut dengan seksama dan komprehesif pasti akan tahu bahwa sebenarnya gerakan yang satu ini menyerukan untuk kembali kepada Islam yang murni sebagai sebuah akidah, syari'at, dan manhaj kehidupan. Gerakan ini - setelah terjadi perpecahan di kalangan umat Islam - mendorong untuk setia pada jalan yang telah dirintis oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, kemudian ditempuh oleh Sahabat, tabi'in, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari Kiamat kelak. Mereka itulah yang lazim disebut Salafusshalih atau Ahli Sunnah wal Jama'ah.

Kalau demikian persoalannya, sejatinya dakwah reformasi tersebut identik dengan Islam dan sunnah yang dibawa oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan diteruskan Salafusshalih umat ini. Tidak ada artinya memberikan nama atau predikat Wahhabiyah atau lainnya kepada gerakan tersebut. Tetapi, di kalangan para ulama ahli dakwah atau yang lain memang dikenal adanya beberapa predikat syar'i yang benr dan tidak bertentangan dengan misi yang diembannya. Contohnya, Dakwah Syaikh, Dakwah Pembaharuan, Dakwah Tauhid, dan Dakwah Salafiah. Para aktivisnya disebut As-Salafiyyin, Al-Muwahhidin, Ahli Tauhid, Ahli Sunnah, Al-Hanabilah, An-Najdiyyun, dan predikat syar'i lainnya yang bagus dan bisa diterima.

Merupakan karunia Allah atas para pengikut gerakan reformasi ini bahwa predikat Wahhabiyah yang diberikan oleh musush-musuhnya justru sering mengandung makna yang positif dan membikin bangga mereka serta para ahli sunnah, walaupun hal itu dimaksudkan negatif oleh pihak musuh dengan maksud mencela ndan memaki.

Misalnya, mereka memberikan predikat Wahhabiyah tersebut kepada orang yang menegakkan syi'ar amar ma'ruf nahi mungkar. Padahal, itu merupakan salah satu prinsip Islam, syi'ar yang agung, ciri khas, dan perilaku terpuji umat Islam, sebagaimana firman Allah Ta'ala,

"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan ada orang-orang yang fasik." (Ali Imran: 110)

Atau ketika mereka memberikan predikat tersebut kepada orang yang menggunakan Al-Qur'an dan sunnah Nabi, yang berpegang teguh pada agama, yang mengamalkan tauhid secara murni, dan yang membuang jauh-jauh berbagai macam kemusyrikan serta bid'ah, tentu itu merupakan sebuah pujian dan rekomendasi yang menyenangkan orang-orang mukmin.

Atau ketika mereka memberikan predikat tersebut kepada orang yang setia menempuh manhaj Salafusshalih sebagai jalan orang-orang yang beriman dan setia mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, tentu itu merupakan sebuah penghormatan yang sangat mahal.

Kalau mengamati pengertian orang-orang tentang predikat Wahhabiyah yang mereka berikan kepada gerakan reformasi Muhammad bin Abdul Wahhab, kita akan dapati banyak kerancuan, kebingungan, dan kontroversi.

Predikat Wahhabiyah yang terkenal di kalangan orang-orang yang memusuhi gerakan tersebut dan para pengikutnya ditujukan kepada setiap orang yang anti bid'ah dan mengingkarinya.

Kadang dimaksudkan kepada setiap aliran yang asing dan ganjil, atau kepada setiap orang yang mengikuti madzhab Ahli Sunnah wal Jama'ah yang menjadi bandingannya golongan Syi'ah dan golongan-golongan yang lain. Bahkan, ada yang mengkhususkan kepada setiap orang yang memiliki kecenderungan-kecenderungan salaf, ahli hadits, para pembela sunnah, dan lain sebagainya.

Beberapa media massa Barat dan para wartawannya bahkan mengidentifikasi Wahhabiyah sebagai setiap muslim yang cenderung berpegang teguh pada syi'ar dan hukum-hukum agama. Menurut mereka, orang yang berpegang teguh pada agama adlaah orang yang radikal.

Demikian pula beberapa lembaga di Barat serta orang-orang yangsudah terpengaruh dengannya menganggap Wahhabiyah itu identik dengan radikal, intimidasi, kekerasan, permusuhan, dan lain sebagainya. Ini jelas anggapan yang keliru dan keputusan-keputusan yang sewenang-wenang. [3]


[Ditukil dari kitab Hanya Islam Bukan Wahhabi oleh Prof. Dr. Nashir Bin Abdul Karim Al-Aql, halaman 3-7. Judul asli: Islamiyyah Laa Wahhabiyyah. Terbitan Darul Falah, Jakarta, Indonesia.]


_______________
Nota kaki:
[1] Lihat Al-Wahhabiyah Harakah Al-Fikri wa Ad-Daulah karya Ustadz Abdurrahman Ar-Ruwaisyid, hlm. 10-11. Cet. II
[2] Ibid., hlm. 5-6
[3] Bahkan di Afrika Utara dan Maroko, Wahhabiyah dianggap sebagai golongan Khawarij. Wahhabiyah dikaitkan kepada nama Abdul Wahhab Ar-Rustami, salah seorang tokoh Khawarij lama (pemerintahan Ar-Rustami). Wahhabiyah juga dikaitkan kepada nama Abdullah bin Wahhab Al-Wasibi, salah seorang tokoh Khawarij Al-Haruriyah yang pertama. Padahal, kedua nma tersebut muncul sebelum tampilnya dakwah Imam Muhammad bin Abdul Wahhab dan telah terjadi ketidakjelasan pada kebanyakan mereka dalam hal ini.
Lihat Risalah Tashih Khatha' Tarikh Haula Al-Wahhabiyah, Dokto Muhammad bin Sa'ad Asy-Syuwa'ir, hlm. 4 tahun 1413 Hijriah.

No comments: