Thursday, September 03, 2009

Mencintai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

Ditukil dari Syaikh Ibrahim ar-Ruhaily sebagai berkata:

"Seseorang itu mencintai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan mengikuti Sunnah Baginda (yang shahih), menegakkannya dan membelanya." (aw kama qal)

Dalam kitab Syarhus Sunnah, Imam al-Barbahari menyebutkan dalam poin pertama:

"Ketahuilah bahawasanya sesungguhnya al-Islam itu adalah as-Sunnah, dan as-Sunnah itu adalah al-Islam, tidak tegak salah satu daripadanya melainkan dengan yang lainnya."

Kenyataan yang cukup mendalam. Sungguh benar kerana agama Islam adalah apa yang diwahyukan oleh Allah dan disampaikan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan segala sesuatu yg datang dari Rasulullah shalllallhu 'alaihi wa sallam itulah yang disebutkan as-Sunnah.

Dan sesuatu yang disebutkan as-Sunnah hendaklah yang telah dipastikan keshahihannya kerana bagaimana mungkin kita menerima sesuatu hadith yang diragui keshahihannya untuk dijadikan pegangan dalam agama?

Dan telah pun kita ketahui, sebagaimana dijelas para ulama, bahawa syarat sah ibadah adalah pertama,ikhlas, kedua, ittiba'.

Tidak sah sesuatu ibadah jika tidak ikhlas. Tidak sah juga jika tidak ittiba'us Sunnah, yakni tiada contoh dari as-Sunnah.

Dan harus jika kita mencontohi para Sahabat kerana mereka adalah murid-murid Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka lah yang paling mengerti akan ajaran Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Itulah yang membuat Imam Ibnu Kathir mendatangkan konsep Lau kaana khairan la sabaquuna ilaihi. Yakni, jika sesuatu itu baik, nescaya mereka (para Sahabat) akan terlebih dahulu mengamalkannya.

Maka, sebelum kita mengaku mencintai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, tanyalah diri kita:
  1. Apakah kita berusaha untuk mengamalkan Sunnah Rasulullah, baik dalam urusan ibadah mahupun selain ibadah?
  2. Apakah yang kita anggap Sunnah itu benar-benar telah dipastikan keshahihannya? Adakah contoh dari para Shahabat ridhwanullahi 'alaihim?
  3. Dan yang lebih utama, adakah Aqidah kita selari dengan Aqidah para Shahabat ridhwanullahi 'alaihim?
Kesimpulannya, orang yang benar-benar mencintai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah orang yang Ittiba as-Sunnah (yang shahihah). Dia berpegang kepada al-Qur'an dan as-Sunnah berdasarkan pemahaman kaum Salafusshalih. Itulah Ahlus Sunnah yang sejati.

Wallahu a'lam

Keistimewaan-keistimewaan Sirah dan Dakwah Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

[Berikut siri ketiga dalam beberapa siri tulisan dalam rangka mengenali Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Ditukil dari kitab "Hanya Islam Bukan Wahhabi" (judul asli: Islamiyyah La Wahhabiyyah) oleh Prof. Dr. Nashir bin Abdul Karim al-Aql, dari bab "Imam Pembaharu dan Dakwahnya"]


Sirah dan dakwah Imam Muhammad bin Abdul Wahhab memiliki banyak keistimewaan. Di antaranya:

Perilaku yang jernih
Sesungguhnya dari sirah Imam Muhammad bin Abdul Wahhab, yaitu pribadi, ilmu, sikap agama,akhlak, pergaulannya terhadap orang-orang yang mendukung maupun menentangnya, dan hal ihwal beliau yang lainnya bisa dibaca dengan jelas keutamaan, sikap istiqamah, dan jiwa kepemimpinannya. Pada segi yang lain juga bisa dibaca dengan jelas hal-hal yang dapat membatalkan tuduhan para musuh yang selalu menyerang kepribadian, dakwah, dan manhaj beliau. Begitu pula dengan manhaj para pengikut beliau.

Tetapi, beliau sudah memberikan penjelasan konkret tentang dakwah dan manhajnya dalam risalah, kitab, serta perilaku-perilakunya. Demikian pula yang dilakukan oleh para pengikut beliau sehingga hal itu sudah cukup menjadi pedoman bagi yang menginginkan kebenaran dan adil tehadap perilaku.

Sumber yang Bersih
Sumber ilmu, adab, dan akhlak yang diterima oleh Imam Muhammad bin Abdul Wahhab adalah sumber-sumber yang syar'i, fitrah, kuat, dan yang murni. Hal itu merupakan cerminan dari Al-Qur'an, sunnah Nabi, dan jejak peninggalan para Salafusshalih yang lepas dari falsafah dan tasawwuf; fitrah sehat yang tidak diselewengkan oleh manhaj bid'ah, kesenangan nafsu, dan kerancuan-kerancuan; dalam lingkungan keluarga yang muila yang memiliki kepahaman fikih, ilmu, kedudukan, dan nasab.

Manhaj yang sehat
Manhaj yang digunakan oleh Imam Muhammad bin Abdul Wahhab dalam berdakwah menghadapi para pengikutnya dan orang-orang yang menentangnya adalah manhaj syar'i yang salafi, murni, bersih dari kotoran-kotoran, asli, kokoh, terang, komprehensif, realistis, dan patut untuk mendirikan sebuah masyarakat islami yang penuh vitalitas dan progresif.

Dalam menjabarkan ketetapan agama kepada para pengikutnya sang Imam juga menggunakan manhaj syar'i yang salafi dan murni. Beliau selalu berpedoman pada Al-Qur'an, hadits, dan kalimat agama yang asli, tanpa dicampur aduk dengan bahasa-bahasa falsafah, istilah sufi, ucapan yang membingungkan, dan isyarat sastra.

Berorientasi kepada Manhaj Salafusshalih
Dakwah Imam Muhammad bin Abdul Wahhab dalam segala sesuatu menggunakan manhaj Salafusshalih. Itulah yang membuat manhaj beliau memiliki ciri khas tersendiri, yakni murni, komprehensif, realistis, mantap, dan meyakinkan.

Hasilnya, beliau sanggup menegakkan syi'ar dan dasar-dasar agama sangat sempurna yang meliputi masalah tauhid, shalat, jihad, amar ma'ruf nahi mungkar, penegakan hukum, keadilan, keamanan, tampilnya keutamaan-keutamaan dan tersembunyinya kerendahan-kerendahan. Agama dan ilmu menjadi sangat marak di setiap negara yang terjangkau oleh seruan dakwah beliau yang sudah mapan di Kerajaan Arab Saudi.

Asas yang dijadikan dasar seruan dakwah Imam Muhammad bin Abdul Wahhab ialah asas dan ketetapan Islam. Oleh karena itulah, dakwah beliau mendatangkan buah yang matang dan selalu berada pada jalan Allah yang lurus serta pada manhaj nubuwat.

Penuh Semangat dan Berwawasan Luas
Hal lain yang membuat manhaj Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab menjadi istimewa ialah semangat dan keyakinan beliau yang sangat tinggi dalam menegakkan kalimat Allah, membela agama, menyebarluaskan sunnah Nabi, dan mengobati penyakit-penyakit yang diderita oleh umat berupa berbagai macam bid'ah, hal-hal baru yang diada-adakan, kemungkaran, kebodohan, perpecahan, kezhaliman, dan keterbelakangan.

Semangat tinggi dan wawasan luas dalamhal teori (ilmu) dan praktek (amal) yang dimiliki oleh beliau nampak jelas dari banyak hal. Antara lain:
  1. Fokus perhatian beliau terhadap masalah-masalah yang utama, seperti masalah tauhid dan kewajiban-kewajiban agama. Walaupun demikian, beliau tidak lantas mengabaikan masalah-masalah yang lainnya.
  2. Kesiapan beliau sejak dini untuk menghadapi berbagai rintangan yang akan menghambat dakwah beliau. Hal itu menunjukkan betapa beliau memiliki wawasan yang luas dan antisipasi yang peka untuk menghadapi segala sesuatu yang akan terjadi.
  3. Perhatian beliau sejak dini untuk mencari kekuasaan yang kuat dan layak buat memikul beban-beban dakwah serta memeliharanya adalah langkah yang sangat tepat ketika beliau memilih Amir Muhammad bin Sa'ud setelah ia diusir oleh Ibnu Mu'ammar.
Kemampuan dan Kesuksesan
Juga berkata jasa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Allah berkenan menolong agama dan memuliakan sunnah Nabi. Beliau baru meninggal dunia setelah sempat menyaksikan uah hasil dakwahnya yang dirintis dengan susah-payah, yakni dengan berkibarnya bendera sunnah dan berdirinya negeri tauhid pada zaman pemerintahan Imam Abdul Aziz bin Muhammad dan putranya, Sa'ud. Bendera tersebut terus berkibar melambangkan kejayaan, kemenangan, kewibawaan, kekuatan, dan kedamaian. Hal itu sebgai bukti atas dominasi agama dan tenggelamnya berbagai macam bid'ah. Akhirnya, secara berturut-turut berdirilah kekhalifahan di wilayah-wilayah Semenanjung Arabia lainnya. Ini jelas merupakan karunia Allah yang patut disyukuri.

Sesungguhnya beliau adalah seorang pembaharu. Pengaruh dakwahnya meluas sampai ke seluruh negara kaum muslimin, bahkan sampai ke segenap penjuru dunia. Alhamdulillah, dakwah beliau tersebut tetap hidup.

Dakwah beliau juga terus diserukan oleh para pengikutnya, orang-orang Ahli Sunnah wal Jama'ah di negeri mereka masing-masing.

Dasar-dasar Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

[Berikut siri kedua dalam beberapa siri tulisan dalam rangka mengenali Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Ditukil dari kitab "Hanya Islam Bukan Wahhabi" (judul asli: Islamiyyah La Wahhabiyyah) oleh Prof. Dr. Nashir bin Abdul Karim al-Aql, dari bab "Imam Pembaharu dan Dakwahnya"]


Seruan dakwah Imam Muhammad bin Abdul Wahhab adalah berdasarkan pada manhaj islami yang benar dan kaidah-kaidah serta prinsip-prinsip agama. Yang paling menonjol ialah upaya untuk memurnikan ibadah hanya kepada Allah semata dan kesetiaan untuk selalu menaati Allah serta menaati Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Beliau sangat antusias melakukan hal-hal sebagai berikut:
  1. Menanamkan tauhid secara mendalam dan membasmi syirik serta berbagai macam bid'ah.
  2. Menegakkan kewajiban-kewajiban agama dan syi'ar-syi'arnya, seperti shalat, jihad, dan amar ma'ruf nahi mungkar.
  3. Mewujudkan keadilan di bidang hukum dan lainnya.
  4. Mendirikan masyarakat Islam yang berdasarkan tauhid, sunnah, persatuan, kemuliaan, perdamaian, dan keadilan.
Semuaitu berhasil terwujud di negara-negara yang terjangkau oleh seruan dakwah beliau, atau yang telah terpengaruh. Gambaran tersebut nampak jelas di wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan pemerintahan Arab Saudi sebagai pengibar bendera gerakan reformasi pada tiga periode. Setiap negara yang terjangkau oleh gerakan ini akan kental dengan warna tauhid, iman, sunnah Nabi, perdamaian, dan kesejahteraan. Hal itu demi mewujudkan apa yang telah dijanjikan oleh Allah dalam firman-Nya,

"Sesunggunya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma'ruf, dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allahlah kembali segala urusan." (Al-Hajj: 40-41)

"Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)." (Al-Qashash: 5)

Pertumbuhan Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan Perilaku-perilakunya

[Berikut siri pertama dalam beberapa siri tulisan dalam rangka mengenali Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Ditukil dari kitab "Hanya Islam Bukan Wahhabi" (judul asli: Islamiyyah La Wahhabiyyah) oleh Prof. Dr. Nashir bin Abdul Karim al-Aql, dari bab "Imam Pembaharu dan Dakwahnya"]


Imam Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah lahir pada tahun 1115 Hijriah dan wafat pada tahun 1206 Hijriah. Beliau mengumandangkan seruan dakwahnya di jantung Najd dengan misi untuk membasmi noda-noda bid'ah, khurafat, perpecahan, dan kebodohan. Beliau memliki semangat yang sangat kuat untuk mengadakan pembaharuan, seerti yang akan diterangkan nanti.

Beliau lahir dan tumbuh di sebuah lingkungan keluarga yang kental dengan warna ilmu, kebaikan, dan sikap istiqamah. Ayah, kakek, dan sebagian besar anggota keluarganya adalah para ulama dan tokoh terkemuka yang aktif di bidang dakwah, penegakan hukum, dan pendidikan. Itulah yang membantu beliau memiliki bakat luar biasa. Beliau selalu setia menempuh manhaj syar'i yang kuat dan kokoh dalam lingkup ilmu yang aman.

Barangkali ada baiknya kalau saya kemukakan di sini bakat-bakat kepemimpinan menonjol yang ada pada diri sang pembaharu besar ini.

Semenjak kecil ia sudah memperlihatkan tanda-tanda kejeniusan, kecerdasan, dan bakat-bakat kepandaian yang luar biasa. Ia memiliki daya hapal, kekuatan pemahaman, dan kedalaman berpikir yang sangat prima. Dalam usianya yang masih terlalu muda ia sudah sanggup menangkap dan mendalami ilmu dan fikih. Sangat tekun dalam beribadah, memiliki iman yang kuat, dan mempunyai sifat-sifat yang terpuji, seperti jujur, penyayang, dermawan, santun, sabar, berwawasan luas, berhasrat kuat, dan sifat-sifat kepemimpinan yang jarang dimiliki oleh kebanyakan orang.

Kenyataan ini sangat bertolak belakang dengan isu atau fitnah yang sengaja disebarluaskan oleh musuh-musuhnya yag menuduh beliau sebagai orang yang bodoh, jahat, kasar, fasik, dan sifat-sifat tidak terpuji lainnya. Mereka mengajarkan hal itu kepada para pengikutnya yang bodoh dan tidak mau melihat kebenaran sehingga mau mempercayai begitu saja.

Apakah rasional orang yang bodoh sanggup melakukan pekerjaan-pekerjaan besar seperti itu? Apakah mungkin orang yang fasik sanggup melakukan gerakan reformasi demi kejayaan Islam yang gaungnya masih tetap terdengardi seantero dunia sampai sekarang? Allah akan menolong, menguatkan, dan meninggikan agama ini.