Friday, March 27, 2009

Faidah Ilmiah dari Basmalah

Sebagai faidah ilmiah, berikut saya tukil dari kitab Fathul Majid Syarh Kitabut-Tauhid (Judul Indonesia: Fathul Majid Syarah Kitab Tauhid) yang ditulis oleh Syaikh Abdur-Rahman Hasan Alu-Syaikh yang mensyarahkan "Kitabut-Tauhid" tulisan datuknya, Syaikh Muhammad bin 'Abdul-Wahhab at-Tamimi. Tukilan berikut adalah penjelasan Syaikh Abdur-Rahman terhadap matan (teks) asal Kitabut-Tauhid. (Kalimah dalam tulisan Arab tidak disertakan.)


Penulis rahimahullah berkata: "Bismillahir-Rahmanir-Rahim"

Beliau (penulis) memulai kitabnya dengan basmalah sesuai dengan perintah Al Qur'an dan dalam rangka mengamalkan hadits yang berbunyi,

"Setiap urusan yang tidak dimulai dengan Bismillahir-Rahmanir-Rahim, maka ia terputus." (Dikeluarkan oleh Ibnu Hibban melalui dua jalur sanad.)

Ibnu Shalah berkata, "Hadits tersebut hasan." Dalam riwayat Abu Daud dan Ibnu Majah dikatakan,

"Setiap urusan yang tidak dimulai dengan nama Allah, maka ia terputus."

Dalam riwayat Ahmad berbunyi,

"Setiap urusan yang penting dan tidak dibuka dengan menyebut nama Allah (dzikrullah), maka ia akan terputus."

Sedangkan dalam riwayat Ad-Daruquthni dari Abu Hurairah secara marfu' berbunyi,

"Setiap urusan yang penting dan tidak dimulai dengan dzikrullah, maka ia terputus."

[Disebabkan penjelasan Syaikh agak panjang dan mendalam, saya hanya menukil bahagian-bahagian tertentu daripada penjelasan beliau agar tidak mengelirukan, kerana Syaikh juga menjelaskan dari sudut teknikal bahasa.]

[Pada bahagian lain, dijelaskan:]

"Huruf ba dalam bismillah mengandung makna penyertaan (al-Mushaahabah). Ada yang mengatakan maknanya adalah Al-Isti'aanah (meminta pertolongan). Dengan demikian, fi'il yang dibuang tersebut (at-Taqdir) adalah (kalimah Arab yang bermaksud:) "Dengan Nama Allah aku mengarang kitab ini dalam kondisi saya sebagai orang yang meminta pertolongan dengan menyebut-Nya dan memohon keberkahan-Nya.".

[Pada bahagian lain dijelaskan:]

"Bismillahir-Rahmanir-Rahim". Ibnu Jarir berkata, As-Sariy bin Yahya menceritakan kepadaku, Utsman bin Zufar menceritakan kepada kami, Aku mendengar Al-Azrami berkata, Ar-Rahman (Maha Pengasih) untuk semua makhluk dan Ar-Rahim (Maha Penyayang) terhadap kaum mukminin." Dia kemudian menyebutkan sanadnya dari Abu Sa'id al-Khudri. Dia berkata, Rasulullah SAW bersabda,

"Sesungguhnya Isa bin Maryam berkata, "Ar-Rahman; Rahman (Maha Pengasih) di akhirat dan di dunia, dan Ar-Rahiim; Rahiim (Maha Penyayang) di akhirat."

Ibnu Al Qayyim rahimahullah berkata [dalam kitab Madarijus-Salikin],
"Jadi, penamaan Allah menunjukkan bahawa Dia adalah sebagai Yang dituhankan dan disembah, dituhankan oleh semua makhluk dengan penuh kecintaan, pengagungan, tunduk dan berlindung kepada-Nya dalam semua kebutuhan dan musibah yang menimpa.

Hal yang demikian itu menunjukkan dengan pasti kesempurnaan rububiyyah dan rahmat-Nya yang keduanya mengandung kesempurnaan kekuasaan-Nya dan kemahaterpujian-Nya. Kemudian ilahiyyah-Nya, rububiyyah-Nya, rahmaniyyah-Nya (ke-Maha Pengasihan-Nya) dan kekuasaan-Nya menunjukkan dengan pasti sifat-sifat kesempurnaan-Nya.

Sebab mustahil adanya sifat-sifat itu semua terhaap dzat yang tidak hidup, tidak mendengar, tidak melihat, tidak berkuasa, tidak berbicara, tidak melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang Dia kehendaki dan tidak bijak dalam perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan-Nya.

Sifat-sifat keagungan dan keindahan lebih khusus terhadap nama Allah, sedangkan sifat-sifat perbuatan, qudrat, otoritas dalam memberikan mudharat, manfaat, rezeki, melarang, berkuasa, menentukan, memiliki kekuatan yang maha sempurna dan pengawasan terhadap urusan makhluk, semua itu lebih khusus buat nama Ar-Rabb.

Sifat-sifat berbuat baik, kedermawanan, kebajikan, belas kasih, menganugerahi, kasih sayang, lemah-lembut, itu semua lebih khusus buat nama Ar-Rahman.

Beliau (Ibnu Al Qayyim) berkata lagi, "Kata Ar-Rahman menunjukkan sifat yang ada pada-Nya, Maha Suci Allah, dan kata Ar-Rahiim menunjukkan keterkaitannya dengan makhluk yang diberi rahmat. Jika kamu ingin memahami hal ini, maka renungkanlah firman-Nya, "Dan Dia amat Rahiim terhadap kaum Mukminin." (QS. Al Ahzaab (33): 43) Juga firman-Nya, "Sesungguhnya Dia amat Ra'uuf dan Rahiim terhadap mereka."

Dalam bagian yang lain, beliau berkata lagi, "Sesungguhnya nama-nama Rabb Ta'ala aadalah merupakan nama-nama (asmaa') dan sifat-sifat (nu'uut) yang menunjukkan sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Dalam hal ini, tidak ada pertentangan antara sifat-sifat 'alamiyyah (sebagai nama) dan sifat-sifat washfiyyah (sebagai sifat); Ar-Rahman adalah nama-Nya Ta'ala dan juga sifat-Nya. Bila ia ditinjau sebagai sifat, maka Ar-Rahman adalah sub ordinasi (taabi') dari nama "Allah". Sedangkan bila ditinjau dari sisi ia sebagai nama, maka keberadaan nama Ar-Rahman di beberapa ayat dalam Al Qur'an bukanlah sebgai sub ordinasi akan tetapi hadir sebagai nama dari Dzat Yang Maha Pengasih. Seperti firman-Nya Ta'ala, "Ar-Rahman bersemayam di atas 'Arasy." (QS. Thaha (20): 5)" Demikian perkataan Ibnu Al Qayyim yang kami ringkas.

Demikian penjelasan Syaikh Abdur-Rahman Hasan Alu-Syaikh terhadap kalimah Bismillahir-Rahmanir-Rahim yang hanya ditukil sebahagiannya (penjelasan yg sepenuhnya merangkumi 7 muka surat). Terasa sungguh kebesaran Allah subhanahu wa ta'ala dan betapa kerdilnya diri kita sebagai hamba, hanya dari kalimah basmalah, belum lagi ayat-ayat al-Qur'an yang lainnya.

Adapun Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin (wafat pada tahun 2001) yang berupa alim masyhur dari Arab Saudi, juga imam di Masjidil Haram, beliau menjelaskan perbezaan ar-Rahman dan ar-Rahiim sebagai berikut [dalam bahasa Inggeris]:


Praise be to Allaah.

Al-Rahmaan and al-Raheem are two of the names of Allaah which refer to Allaah’s attribute of Mercy.

Al-Rahmaan refers to the vastness of Allaah’s mercy, and al-Raheem refers to its effect on His creation. So al-Rahmaan is the Owner of vast Mercy, and al-Raheem is the Owner of Mercy that encompasses His creation.

Shaykh Ibn ‘Uthaymeen (may Allaah have mercy on him) said: “Al-Rahmaan is the Owner of vast mercy, because the fa’laan form in Arabic indicates vastness and abundance, as it is said rajal ghadbaan (a very angry man) when he is filled with anger.

Al-Raheem is a name which refers to the action, as the fa’eel form refers to the doer of an action. So the phrase al-Rahmaan al-Raheem indicates that the mercy of Allaah is vast, as is understood from the name al-Rahmaan, and that it encompasses His creation, as is understood from the name al-Raheem. This is what some of them meant when they said that al-Rahmaan refers to mercy in a general sense and al-Raheem refers to mercy that is specifically for the believers. But what we have mentioned is more accurate.”

From Sharh al-‘Aqeedah al-Waasitiyyah, 1/22

And Allaah knows best.

[Ditukil daripada: http://www.islam-qa.com/en/ref/22200]

Wallahu a'lam.

No comments: