Saturday, March 07, 2009

Ada Apa Dengan Syaikh Muhammad Hassan?

Artikel dari seorang teman Multiply, bagi menjawab mereka yang mempertikaikan Syaikh Muhammad Hassan dari Mesir:

KENAPA HARUS MEMUSUHI SYAIKH MUHAMMAD HASSÂN??

Transkrip Ceramah

Fadhîlatu asy-Syaikh ‘Ali Hasan al-Halabî


Pertama : Kami telah mengenal Syaikh Muhammad Hassân semenjak 10 tahun yang lalu –ini bukan waktu yang singkat-. Kami telah menasehati beliau sebelum orang lain menasehatinya. Saya telah menasehati Muhammad Hassân pada tahun 2000 sampai-sampai ia menjadi murka kepadaku. Kami ketika itu sedang sarapan dan ia keluar meninggalkan sarapannya dalam keadaan marah. Akan tetapi hal ini tidak menghalangi kami untuk tetap terus menjalin persaudaraan (ukhuwwah) dan memberikan nasehat, dan tetap saling menasehati dan memberikan wasiat di dalam kebenaran dan kesabaran.

Muhammad Hassân 10 tahun yang lalu –baik kita kehendaki maupun tidak- bukanlah Muhammad Hassân yang sekarang ini. Program-program (dakwah) di televisi telah bermunculan dan beliau memiliki andil di dalam menyebarkan aqidah dan dakwah (salafiyah). Beliau memiliki pengaruh yang nyata pada seluruh negeri Islam, setidak-tidaknya di dalam memberikan hidayah (bayân wa irsyâd, bukan hidayah taufik, pen) terhadap manusia secara umum.

Sebagaimana telah kami utarakan, bahwa dakwah salafiyah itu bukanlah dakwah yang hanya memperingatkan dari Sayyid Quthb walaupun kami memperingatkan darinya. Dakwah salafiyah juga bukanlah dakwah yang hanya memperingatkan dari Ibnu Lâdin walaupun kami juga memperingatkan darinya. Bukan pula yang hanya memperingatkan dari aktivitas takfîr (pengkafiran) walaupun kami turut memperingatkan darinya. Namun, dakwah salafiyah itu adalah dakwah yang mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju kepada cahaya. Dan yang terpenting adalah aqidah, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah :

« كثرة الذنوب مع صحة التوحيد خير من فساد التوحيد مع قلة الذنوب »

Banyaknya dosa namun tauhidnya lurus lebih baik daripada tauhidnya rusak dengan dosa yang sedikit.”

Apa artinya? Artinya adalah bahwa dakwah kita ini adalah dakwah aqidah. Apabila beliau memiliki aqidah yang lurus maka inilah yang pokok…

Muhammad Hassân saat ini, beliau banyak mengisi di program-program (dakwah) di televisi dan Alloh pun menganugerahkan kepadanya semangat. Kami melihat… bahwa dakwah beliau adalah dakwah aqidah dan mengikat manusia dengan al-Qur`an dan as-Sunnah, mengutip ucapan para ulama seperti Ibnu Baz, Ibnu ‘Utsaimîn dan al-Albânî dan memuliakan mereka. Manakah yang lebih utama (harus kita lakukan) di dalam dakwah kita, membantu, menasehati dan mendekatinya ataukah kita rusak, hancurkan (kehormatannya), dan menvonisnya bid’ah dan sesat?!

Yang manakala dia bertaubat (dari kesalahannya) kita malah berkata kepadanya “taubatmu tertolak”!

Manakala dia menghadap, kita malah berkata padanya dengan membelakanginya!

Apakah ini ada maslahat syar’i-nya walaupun hanya sedikit saja?!

Muhammad Hassan ketika datang untuk kesekian kalinya, kami duduk bersama beliau, dan ketika itu hadir bersama kami saudara DR. Muhammad Mûsâ Nashr dan saudara DR. Bâsim al-Jawâbirah. Kami pun memberikan beberapa nasehat kepada beliau (Syaikh Muhammad Hassan). Terutama tentang sikap beliau terhadap Sayyid Quthb. Lantas beliau berkata kepadaku secara tegas : “Ketika saya membaca buku Anda, Haqqu Kalimah al-Imâm al-Albânî fî Sayyid Quthb, saya katakan, bahwa seakan-akan Anda menulisnya dengan lisanku. Semenjak saat itu-lah saya meniadakan semua penukilanku dari Sayyid Quthb di dalam semua buku-bukuku.”

Siapa yang berkata seperti ini?! Lantas apakah layak kita mengatakan kepadanya, “Anda pendusta!! Anda hanya mengada-ada dan mengatakan hal ini karena pura-pura (taqiyah) dan main-main saja. Kami tidak mau menerima taubat Anda, kembalilah Anda kepada kesesatan Anda yang sebelumnya!” Ataukah selayaknya kita mengatakan kepadanya, “Semoga Alloh membalas Anda dengan kebaikan”, lalu kita memegang tangannya dan mendekatinya, dan moga-moga hal ini dapat menjadi pembuka (kebaikan), tidakkah ini adalah lebih utama.

Kemudian, selepas kepergianku, datang sebagian rekan (menginformasikan) bahwa ada sejumlah orang rendahan yang mengobarkan kekacauan dan melakukan perbincangan yang panjang mengenai kunjunganku ini, mereka membangun beberapa hal di atasnya (untuk menvonis) tanpa adanya nasehat dan tanpa melakukan pembicaraan –terhadap salah satu fihak dan tentang vonisnya-. Tatkala datang sebagian rekan dari golongan orang yang mengobarkan (fitnah) dunia tanpa bukti, tanpa ilmu, tanpa argumentasi yang nyata, tanpa nasehat dan tanpa ada sedikitpun cara kritik (yang ilmiah), maka kami pun menghubungi Muhammad Hassân pada pagi hari, namun tidak diangkat. Ketika sore hari kami dapat menghubunginya, kami bertanya kepada beliau yang singkatnya seperti ini : “Dinukil dari Anda ucapan-ucapan tertentu yang sebagian manusia menjadikannya sebagai bukti untuk menvonis Anda bid’ah, kami bermaksud mendengar jawaban Anda tentang hal ini. Apa sikap Anda terhadap Sayyid Quthb?” Syaikh Masyhur lah yang menanyakan ini seakan-akan beliau sedang menginvestigasi.

“Apa sikap Anda tentang pengkafiran terhadap penguasa?”

Dia (Syaikh Muhammad Hassan) menjawab : “Pengkafiran terhadap penguasa termasuk perbuatan khowârij, hal ini tidak boleh (hukumnya). Kami menganggap penguasa sebagai ulil amri dan kami menasehati mereka (dengan cara baik). Kami memohon kepada Alloh untuk memberikan hidayah-Nya kepada kami, Anda dan mereka (para penguasa), dan mendoakan mereka (dengan kebaikan).”

“Apa sikap Anda terhadap Sayyid Quthb?”

(Syaikh Muhammad Hassan) : “Sayyid Quthb bukanlah termasuk ulama. Beliau memiliki aqidah yang menyimpang, dan tidak boleh bagi penuntut ilmu menekuni buku-buku beliau.”

Apakah kita menginginkan lebih dari ini?

Beliau (Syaikh Muhammad Hassan) memiliki ucapan (yang memuji) Usâmah bin Lâdin pada 10 tahun yang lalu. Mereka (para penfitnah) itu senantiasa mengambil ucapannya ini sampai sekarang (untuk mendiskreditkan Syaikh Syaikh Muhammad Hassan). Sepuluh atau delapan tahun yang lalu (memang dia memuji Syaikh Muhammad Hassan). (Namun sekarang) dia berkata :

“Saya tidak mendukung pemikiran Usâmah bin Lâdin maupun al-Qaeda. Cukuplah apa yang mereka lakukan itu. Aktivitas mereka ini tidak memiliki dalil atau sunnah!”

“Apa pendapat Anda tentang aktivitas bom bunuh diri?”

(Syaikh Muhammad Hassan) : “Aktivitas bom bunuh diri yang berlangsung di negeri kaum muslimin termasuk kerusakan. Tidak boleh dan tidak sepatutnya (hal ini dilakukan), sebab hal ini termasuk membunuh diri sendiri.”

Apakah Anda menginginkan lebih dari ini?!!

Mereka (anehnya) mengatakan bahwa taubatnya ini tidak benar dan hanya main-main saja.

Wahai saudaraku, tidaklah (dikatakan) beriman salah seorang diantara kalian sampai ia mencintai apa yang ada pada saudaranya sebagaimana ia mencintai apa yang ada pada dirinya sendiri.

Apabila Anda berada di posisinya, apakah Anda akan mengatakan lebih banyak dari hal ini?

Wahai saudara-saudaraku, seorang pria yang berada di tempatnya, yang ditunggu-tunggu oleh orang yang mencintai dan membencinya, dari kalangan khusus dan masyarakat umum.

Kita saat ini berada di majelis hanya berlima. Kita terkadang berbicara dengan bahasa yang simple (sederhana), tentu saja ucapan kita ini lebih banyak dijaga dan lebih berhati-hati apabila kita di majelis dengan lima puluh orang.

Apabila (kita) sedang direkam, atau berada di Masjid, maka ucapan perlu lebih dijaga lagi. Apalagi jika di program televisi yang disaksikan oleh jutaan orang, baik orang yang mencintai maupun yang membenci, yang memusuhi maupun yang menyokong, orang yang menunggu-nunggu dan mencatat. Tidakkah jika pada saat itu saya tidak berbicara dengan teratur dan sistematis, bisa jadi ucapanku difahami (secara salah), diriku ditentang dan saya dilarang dari kebaikan ini.

Jadi, (setiap sesuatu) ada fasenya. Saya pernah mengetahui ucapan Syaikh Ibnu ‘Utsaimîn yang mengisyaratkan hal yang serupa dengan perkataan ini : “Bahwa manusia itu ada fasenya. Tidak boleh kita berinteraksi dengan manusia hanya menggunakan satu fase saja.”

Rasûlullâh Shallallâhu ‘alaihi wa Sallam di zaman beliau yang mulia pernah bersabda :

“لا تبدؤوا أهل الكتاب بالسلام وإذا رأيتموهم في طريق فاضطروهم إلى أضيقه “

“Janganlah kalian memulai mengucapkan salam kepada ahli kitab. Apabila kalian melihat mereka di jalan, maka desaklah mereka sampai menyingkir ke pinggir.”

Siapakah diantara kita yang bisa menerapkan hadits ini saat ini?!! Sama saja baik di negeri Barat maupun Timur!! Bahkan di negeri dua tanah suci yang mulia.

Jawabnya adalah tidak ada (yang bisa). Apa sebabnya?? Kami katakan, (hal ini disebabkan) perbedaan fase.

Saya katakan : apakah perbedaan fase hanya berlaku untuk hal itu saja? Ataukah juga berlaku untuk hal itu dan selainnya, baik berupa ucapan maupun perbuatan?!

Jadi, wajib bagi kita memperhatikan semua hal ini. Adapun menjadikan semua manusia itu seakan-akan mereka ini adalah alat salin, maka ini termasuk kezhaliman. Atau menjadikan dakwah salafiyah seakan-akan organisasi militer, kerjakan! Jangan kerjakan! Maka ini adalah penyelewengan dan perobahan.

Jadi, buah dari majelis tersebut adalah kebaikan yang banyak, dan beliau banyak kembali (bertaubat) kepada kebenaran. Sembari kami tetap memohon supaya Alloh menambah lebih. Akan tetapi, kami berkeinginan untuk menjadi penolong bagi saudara-saudara kami dari syaithan, bukannya malah kami menjadi penolong bagi syaithan terhadap saudara-saudara kami.

Dakwah salafiyah itu adalah dakwah yang mengeluarkan manusia dari kegelelapan menuju kepada cahaya.

Sumber : http://almenhaj.net


http://abdullahalaussie.multiply.com/journal/item/3686

No comments: