[Ditukil dan diadaptasi dari muqaddimah kitab "Do'a & Wirid: Mengobati Guna-Guna dan Sihir Menurut al-Qur-an dan as-Sunnah" oleh Ustaz Yazid bin Abdul Qadir Jawas; Jakarta, Indonesia; terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi'i.]
[Nota: Kata-kata berwarna hitam adalah kata-kata Ustaz Yazid.]
Berdo'a dan berdzikir kepada Allah merupakan kesibukan yang terbaik, dan cara paling utama bagi seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi. Berdo'a dan berdzikir adalah kunci segala kebaikan yang akan diperoleh seorang hamba di dunia dan akhirat, pencegah segala bentuk keburukan, mendatangkan berbagai manfaat dan menolak datangnya bahaya.
Imam Ibnul Qayyim berkata: "Jika Allah akan memberi kunci kepada seorang hamba, berarti Allah akan membukakan (pintu kebaikan) kepadanya dan jika seseorang disesatkan Allah, berarti ia akan tetap berada di muka pintu tersebut."[3]
Bila seseorang tidak dibukakan hatinya untuk berdo'a dan berdzikir, maka hatinya selalu bimbang, perasaannya gundah-gulana, fikirannya kalut, selalu gelisah, hasrat dan keinginannya menjadi lemah.
Namun bila seorang hamba selalu berdo'a dan berdzikir, selalu memohon perlindungan kepada Allah dari berbagai keburukan, niscaya hatinya menjadi tenang kerana ingat kepada Allah. Allah berfirman:
Seorang hamba yang selalu menekuni dzikir, setiap hari dan setiap waktu, termasuk di dalamnya membaca al-Qur-an setiap hari, karena al-Qur-an adalah sebaik-baik dzikir, dan senantiasa berdo'a dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah saja, menjauhkan sikap lalai, maka Allah akan menghidupkan dan memberikan cahaya kepada hatinya.
Al-Qur-an, as-Sunnah dan Atsar Salafus Shalih telah memberikan petunjuk mengenai jenis do'a dan dzikir yang dianjurkan sebagaimana ibadah-ibadah lainnya. Nabi sudah menjelaskan kepada umatnya dengan gamblang mengenai do'a dan dzikir dengan lengkap dan sempurna setiap hari, setiap waktu, dalam berbagai kesempatan dandalam situasi dan kondisi yang dialami oleh seorang muslim.
Bila do'a dan dzikir ini dilaksanakan oleh seorang muslim sesuai dengan contoh Rasulullah dan para Sahabatnya, maka ia akan mendapatkan petunjuk, ketenangan dan penawar hati dari berbagai penyakit, karena do'a dan dzikir merupakan obat penyakit hati. Sebaliknya, orang yang tidak melaksanakan do'a dan dzikir seperti yang dicontohkan Rasulullah, maka ia akan celaka, sesat dan hidupnya sempit serta dikuasai syaitan dan hawa nafsu.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat tahun 728H) mengatakan: "Tidak diragukan lagi, bahwa sesungguhnya do'a dan dzikir adalah termasuk ibadah yang sangat utama. Ibadah itu harus didasari dengan sikap ittiba' (mengikuti jejak) Nabi dengan konsekuan dan konsisten, bukan dengan mengikuti hawa nafsu dan buka pula mengada-ada, membuat sesuatu yang baru yang tidak ada contohnya (bid'ah). Do'a dan dzikir yang diajarkan dan dicontohkan Nabi adalah bentuk do'a dan dzikir paling utama yang seharusnya diamalkan oleh setiap muslim. Orang yang melaksanakan do'a dan dzikir yang dicontohkan Nabi, ia akan merasa aman dan selamat dan akan mendapatkan manfaat serta hasil yang optimal. Sementara do'a dan dzikir yang dibuat-buat, ada yang diharamkan dan ada yang makruh, bahkan ada yang syirik dan banyak sekali orang yang tidak tahu."[4]
Yang diperintahkan bagi seorang muslim adalah berdzikir kepada Allah sesuai dengan apa yang disyari'atkan agama, dan berdo'a kepada Allah dengan do'a-do'a ma'-tsur yang datang dari al-Qur-an dan Sunnah Nabi yang shahih. Karena itu, wajib atas seorang muslim mengikuti (ittiba') apa yang telah disyari'atkan Allah dan apa yang telah dicontohkan Nabi-Nya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Di antara orang yang sangat 'aib dan tercela ialah orang yang menggunakan hizib atau wirid yang tidak ma'-tsur (tidak ada contohnya) dari Nabi, sekalipun hizib atau wirid tersebut berasal dari syaikhnya (tuan gurunya). Sementara, ia justru meninggalkan/mengabaikan dzikir dan wirid yang diajarkan dan dibaca oleh pemimpin umat manusia dan Imam seluruh makhluk, yaitu Nabi Muhammad, yang merupakan hujjah Allah atas hamba-Nya."[5]
Segala kebaikan adalah dengan ittiba' (mengikuti) Nabi, berpedoman pada petunjuknya, dan mengikuti Sunnahnya yang shahih. Beliau adalah sosok teladan yag selalu mendapatkan limpahan rahmat dan shalawat dari Allah, Malaikat dan seluruh makhluk. Beliau adalah manusia yang paling sempurna dalam berdo'a dan berdzikir kepada Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi.
Imam Ibnul Qayyim (wafat tahun 751H) berkata: "Dzikir yang paling baik dan paling bermanfaat adalah do'a dan dzikir yang diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan, dilaksanakan dengan konsisten dari do'a dan dzikir yang dicontohkan Rasulullah, serta orang yang melakukannya memahami makna-makna dan maksud yang terkandung di dalamnya."[6]
Al-Imam Ibnul Jauzi (wafat tahun 597H) berkata: "Iblis telah menyesatkan kebanyakan dari orang awam dengan menghadiri majelis-majelis dzikir dan mereka sengaja menangis... Sesungguhnya aku mengetahui, banyak sekali orang yang hadir di majelis tersebut bertahun-tahun, menangis, berpura-pura khusyu', tetapi keadaan mereka tidak berubah sedikitpun juga, mereka masih tetap bermuamalah dengan riba (rentenir/lintah darat), menipu dalam jual beli, tidak tahu tentang rukun shalat[9], selalu ghibah (membicarakan 'aib kaum muslimin) dan durhaka kepada kedua orang tua. Mereka adalah orang-orang yang terkena perangkap iblis (syaitan), aku melihat bahwa mereka menyangka bahwa hadir di majelis dzikir tersebut dan menangis akan menghapus dosa-dosa yang mereka lakukan?!"[10]
Imam asy-Syathibi (wafat tahun 790H) menjelaskan, tentang orang yang mengadakan dzikir berjama'ah dengan satu suara, da berkumpul pada waktu yang ditentukan, maka ini adalah bid'ah.[11]
Dalam hadits-hadits Nabi yang shahih, tidak ada satupun riwayat bahwa Nabi memimpin majelis dzikir berjama'ah bersama para Sahabat, baik sesudah shalat lima waktu maupun pada kesempatan lainnya. Yang ada, Nabi mengajarkan al-Qur-an, lafazh dan maknanya kepada para Sahabat, dan mengajarkan Sunnah-sunnah, mengajarkan tauhid, bagaimana beribadah kepada Allah dengan benar, menjauhkan syirik, mengajarkan shalat, akhlak, adab-adab Islam, hukum-hukum halal dan haram dan lainnya.
Oleh karena itu, majelis ilmu dikatakan majelis dzikir. Allah memerintahkan kita bertanya kepada ahludz dzikir.
Imam Ibnul Qayyim berkata: "Ahludz dzikir yaitu, orang yang paham tentang apa-apa yang diturunkan Allah kepada para Nabi."[18]
Imam 'Atha' bin Abi Rabah (wafat tahun 114H) berkata: "Majelis dzikir adlah majelis ilmu, majelis yang mengajarkan halal dan haram, bagaimana membeli, menjual, bagaimana puasa, belajar tata cara shalat, menikah, thalaq (cerai) dan haji."[19]
Imam asy-Syathibi menjelaskan: "Majelis dzikir yang sebenarnya adalah majelis yang mengajarkan al-Qur-an, ilmu-ilmu syar'i (agama), mengingatkan umat tentang Sunnah-Sunnah Nabi agar mereka mengamalkannya, menjelaskan tentang bid'ah-bid'ah agar umat berhati-hati terhadapnya dan menjauhkannya. Ini adalah majelis dzikir yang sebenarnya."[20]
Imam Ibnul Qayyim berkata: "Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk menghidupkan/ menegakkan Islam, maka a termasuk ash-shiddiiqiin dan derajatnya di bawah derajat kenabian."[23]
Do'a dan dzikir adalah ibadah,sedangkan syarat diterimanya ibadahnya ada dua:
Pertama, Ikhlas (semata-mata karena Allah), menjauhkan syirik besar dan syirik kecil (riya').
Kedua, Ittiba' (sesuai dengan contoh Rasulullah).
Seorang muslim sejati harus berusaha menurut kemampuannya agar ibadah yang dilakukan setiap hari diterima oleh Allah, karena Nabi setiap hari berdo'a memohon kepada Allah agar diberikan ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal dan amal yang diterima.
Bila seorang muslim/muslimah melaksanakan do'a dan dzikir yang sesuai dengan apa yag dicontohkan oleh Rasulullah setiap hari dari mulai bangun tidur, membaca dzikir pagi dan sore, membaca al-Qur-an, melaksanakan shalat yang lima waktu, shalat malam dan membaca dzikir-dzikir yang lainnya sampai tidur kembali, maka ia termasuk laki-laki dan perempuan yang banyak berdzikir. Amalnya akan diterima dan hatinya akan tenang. Mudah-mudahan kita termasuk hamba-hamba Allah yang banyak berdzikir seperti yang difirmankan Allah:
_____________
Nota kaki:
[3] Al-Fawaa-id hal. 127.
[4] Majmuu' Fataawa - Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah XXII/510-511
[5] Majmuu' Fataawa - Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah XXII/525
[6] Al-Fawaa-id libnil Qayyim hal. 247, Fawaa-idul Fawaa-id hal. 309, Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid
[9] Banyak yang tidak tahu tentang tata cara shalat, dari mulai takbir sampai salam, bahkan sangat banyak yang tidak tahu tentang makna syahadatain, tauhid Uluhiyyah, Asma' wash Shifat dan konsekuensinya. Allaahul Musta'aan.[Pen.]
[10] Lihat, al-Muntaqa an-Nafiis min Talbiis Ibliis lil Imam Ibnil Jauzi hal. 542 oleh Syaikhh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid cet. I Daar Ibnil Jauzi 1410H.
[11] Al-I'tisham I/318-321 tahqiq Syaikh Salim al-Hilali, lihat juga as-Sunan wal Mubtada'aat oleh 'Amr 'Abdul Mun'im Salim hal. 309-313 cet. I 1420H, Maktabah 'Ibadurrahman.
[18] Miftaah Daaris Sa'aadah I/222 oleh Ibnu Qayyim, tahqiq Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid cet. I Daar Ibni 'Affan 1416H
[19] Miftaah Daaris Sa'aadah I/386. Imam 'Atha' adalah Syaikhul Islam, sebagai mufti Masjidil Haram. (Lihat Siyar A'laamin Nubalaa' V/78-88 no. 29).
[20] Lihat al-I'tishaam I/341-342.
[23] Miftaah Daaris Sa'aadah I/396.
[Nota: Kata-kata berwarna hitam adalah kata-kata Ustaz Yazid.]
Berdo'a dan berdzikir kepada Allah merupakan kesibukan yang terbaik, dan cara paling utama bagi seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi. Berdo'a dan berdzikir adalah kunci segala kebaikan yang akan diperoleh seorang hamba di dunia dan akhirat, pencegah segala bentuk keburukan, mendatangkan berbagai manfaat dan menolak datangnya bahaya.
Imam Ibnul Qayyim berkata: "Jika Allah akan memberi kunci kepada seorang hamba, berarti Allah akan membukakan (pintu kebaikan) kepadanya dan jika seseorang disesatkan Allah, berarti ia akan tetap berada di muka pintu tersebut."[3]
Bila seseorang tidak dibukakan hatinya untuk berdo'a dan berdzikir, maka hatinya selalu bimbang, perasaannya gundah-gulana, fikirannya kalut, selalu gelisah, hasrat dan keinginannya menjadi lemah.
Namun bila seorang hamba selalu berdo'a dan berdzikir, selalu memohon perlindungan kepada Allah dari berbagai keburukan, niscaya hatinya menjadi tenang kerana ingat kepada Allah. Allah berfirman:
أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
"Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenang." (QS. Ar-Ra'd: 28)Seorang hamba yang selalu menekuni dzikir, setiap hari dan setiap waktu, termasuk di dalamnya membaca al-Qur-an setiap hari, karena al-Qur-an adalah sebaik-baik dzikir, dan senantiasa berdo'a dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah saja, menjauhkan sikap lalai, maka Allah akan menghidupkan dan memberikan cahaya kepada hatinya.
Al-Qur-an, as-Sunnah dan Atsar Salafus Shalih telah memberikan petunjuk mengenai jenis do'a dan dzikir yang dianjurkan sebagaimana ibadah-ibadah lainnya. Nabi sudah menjelaskan kepada umatnya dengan gamblang mengenai do'a dan dzikir dengan lengkap dan sempurna setiap hari, setiap waktu, dalam berbagai kesempatan dandalam situasi dan kondisi yang dialami oleh seorang muslim.
Bila do'a dan dzikir ini dilaksanakan oleh seorang muslim sesuai dengan contoh Rasulullah dan para Sahabatnya, maka ia akan mendapatkan petunjuk, ketenangan dan penawar hati dari berbagai penyakit, karena do'a dan dzikir merupakan obat penyakit hati. Sebaliknya, orang yang tidak melaksanakan do'a dan dzikir seperti yang dicontohkan Rasulullah, maka ia akan celaka, sesat dan hidupnya sempit serta dikuasai syaitan dan hawa nafsu.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat tahun 728H) mengatakan: "Tidak diragukan lagi, bahwa sesungguhnya do'a dan dzikir adalah termasuk ibadah yang sangat utama. Ibadah itu harus didasari dengan sikap ittiba' (mengikuti jejak) Nabi dengan konsekuan dan konsisten, bukan dengan mengikuti hawa nafsu dan buka pula mengada-ada, membuat sesuatu yang baru yang tidak ada contohnya (bid'ah). Do'a dan dzikir yang diajarkan dan dicontohkan Nabi adalah bentuk do'a dan dzikir paling utama yang seharusnya diamalkan oleh setiap muslim. Orang yang melaksanakan do'a dan dzikir yang dicontohkan Nabi, ia akan merasa aman dan selamat dan akan mendapatkan manfaat serta hasil yang optimal. Sementara do'a dan dzikir yang dibuat-buat, ada yang diharamkan dan ada yang makruh, bahkan ada yang syirik dan banyak sekali orang yang tidak tahu."[4]
Yang diperintahkan bagi seorang muslim adalah berdzikir kepada Allah sesuai dengan apa yang disyari'atkan agama, dan berdo'a kepada Allah dengan do'a-do'a ma'-tsur yang datang dari al-Qur-an dan Sunnah Nabi yang shahih. Karena itu, wajib atas seorang muslim mengikuti (ittiba') apa yang telah disyari'atkan Allah dan apa yang telah dicontohkan Nabi-Nya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Di antara orang yang sangat 'aib dan tercela ialah orang yang menggunakan hizib atau wirid yang tidak ma'-tsur (tidak ada contohnya) dari Nabi, sekalipun hizib atau wirid tersebut berasal dari syaikhnya (tuan gurunya). Sementara, ia justru meninggalkan/mengabaikan dzikir dan wirid yang diajarkan dan dibaca oleh pemimpin umat manusia dan Imam seluruh makhluk, yaitu Nabi Muhammad, yang merupakan hujjah Allah atas hamba-Nya."[5]
Segala kebaikan adalah dengan ittiba' (mengikuti) Nabi, berpedoman pada petunjuknya, dan mengikuti Sunnahnya yang shahih. Beliau adalah sosok teladan yag selalu mendapatkan limpahan rahmat dan shalawat dari Allah, Malaikat dan seluruh makhluk. Beliau adalah manusia yang paling sempurna dalam berdo'a dan berdzikir kepada Allah Yang Mahasuci dan Mahatinggi.
Imam Ibnul Qayyim (wafat tahun 751H) berkata: "Dzikir yang paling baik dan paling bermanfaat adalah do'a dan dzikir yang diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan, dilaksanakan dengan konsisten dari do'a dan dzikir yang dicontohkan Rasulullah, serta orang yang melakukannya memahami makna-makna dan maksud yang terkandung di dalamnya."[6]
Al-Imam Ibnul Jauzi (wafat tahun 597H) berkata: "Iblis telah menyesatkan kebanyakan dari orang awam dengan menghadiri majelis-majelis dzikir dan mereka sengaja menangis... Sesungguhnya aku mengetahui, banyak sekali orang yang hadir di majelis tersebut bertahun-tahun, menangis, berpura-pura khusyu', tetapi keadaan mereka tidak berubah sedikitpun juga, mereka masih tetap bermuamalah dengan riba (rentenir/lintah darat), menipu dalam jual beli, tidak tahu tentang rukun shalat[9], selalu ghibah (membicarakan 'aib kaum muslimin) dan durhaka kepada kedua orang tua. Mereka adalah orang-orang yang terkena perangkap iblis (syaitan), aku melihat bahwa mereka menyangka bahwa hadir di majelis dzikir tersebut dan menangis akan menghapus dosa-dosa yang mereka lakukan?!"[10]
Imam asy-Syathibi (wafat tahun 790H) menjelaskan, tentang orang yang mengadakan dzikir berjama'ah dengan satu suara, da berkumpul pada waktu yang ditentukan, maka ini adalah bid'ah.[11]
Dalam hadits-hadits Nabi yang shahih, tidak ada satupun riwayat bahwa Nabi memimpin majelis dzikir berjama'ah bersama para Sahabat, baik sesudah shalat lima waktu maupun pada kesempatan lainnya. Yang ada, Nabi mengajarkan al-Qur-an, lafazh dan maknanya kepada para Sahabat, dan mengajarkan Sunnah-sunnah, mengajarkan tauhid, bagaimana beribadah kepada Allah dengan benar, menjauhkan syirik, mengajarkan shalat, akhlak, adab-adab Islam, hukum-hukum halal dan haram dan lainnya.
Oleh karena itu, majelis ilmu dikatakan majelis dzikir. Allah memerintahkan kita bertanya kepada ahludz dzikir.
فَاسْأَلُواْ أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
"Maka bertanyalah kepada ahludz dzikir (ahli ilmu/ulama) jika kamu tidak mengetahui." (QS. An-Nahl: 43)Imam Ibnul Qayyim berkata: "Ahludz dzikir yaitu, orang yang paham tentang apa-apa yang diturunkan Allah kepada para Nabi."[18]
Imam 'Atha' bin Abi Rabah (wafat tahun 114H) berkata: "Majelis dzikir adlah majelis ilmu, majelis yang mengajarkan halal dan haram, bagaimana membeli, menjual, bagaimana puasa, belajar tata cara shalat, menikah, thalaq (cerai) dan haji."[19]
Imam asy-Syathibi menjelaskan: "Majelis dzikir yang sebenarnya adalah majelis yang mengajarkan al-Qur-an, ilmu-ilmu syar'i (agama), mengingatkan umat tentang Sunnah-Sunnah Nabi agar mereka mengamalkannya, menjelaskan tentang bid'ah-bid'ah agar umat berhati-hati terhadapnya dan menjauhkannya. Ini adalah majelis dzikir yang sebenarnya."[20]
Imam Ibnul Qayyim berkata: "Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk menghidupkan/ menegakkan Islam, maka a termasuk ash-shiddiiqiin dan derajatnya di bawah derajat kenabian."[23]
Do'a dan dzikir adalah ibadah,sedangkan syarat diterimanya ibadahnya ada dua:
Pertama, Ikhlas (semata-mata karena Allah), menjauhkan syirik besar dan syirik kecil (riya').
Kedua, Ittiba' (sesuai dengan contoh Rasulullah).
Seorang muslim sejati harus berusaha menurut kemampuannya agar ibadah yang dilakukan setiap hari diterima oleh Allah, karena Nabi setiap hari berdo'a memohon kepada Allah agar diberikan ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal dan amal yang diterima.
Bila seorang muslim/muslimah melaksanakan do'a dan dzikir yang sesuai dengan apa yag dicontohkan oleh Rasulullah setiap hari dari mulai bangun tidur, membaca dzikir pagi dan sore, membaca al-Qur-an, melaksanakan shalat yang lima waktu, shalat malam dan membaca dzikir-dzikir yang lainnya sampai tidur kembali, maka ia termasuk laki-laki dan perempuan yang banyak berdzikir. Amalnya akan diterima dan hatinya akan tenang. Mudah-mudahan kita termasuk hamba-hamba Allah yang banyak berdzikir seperti yang difirmankan Allah:
وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيراً وَالذَّاكِرَاتِ
"Laki-laki dan perempuan yang banyak berdzikir kepada Allah..." (QS. Al-Ahzaab: 35)_____________
Nota kaki:
[3] Al-Fawaa-id hal. 127.
[4] Majmuu' Fataawa - Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah XXII/510-511
[5] Majmuu' Fataawa - Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah XXII/525
[6] Al-Fawaa-id libnil Qayyim hal. 247, Fawaa-idul Fawaa-id hal. 309, Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid
[9] Banyak yang tidak tahu tentang tata cara shalat, dari mulai takbir sampai salam, bahkan sangat banyak yang tidak tahu tentang makna syahadatain, tauhid Uluhiyyah, Asma' wash Shifat dan konsekuensinya. Allaahul Musta'aan.[Pen.]
[10] Lihat, al-Muntaqa an-Nafiis min Talbiis Ibliis lil Imam Ibnil Jauzi hal. 542 oleh Syaikhh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid cet. I Daar Ibnil Jauzi 1410H.
[11] Al-I'tisham I/318-321 tahqiq Syaikh Salim al-Hilali, lihat juga as-Sunan wal Mubtada'aat oleh 'Amr 'Abdul Mun'im Salim hal. 309-313 cet. I 1420H, Maktabah 'Ibadurrahman.
[18] Miftaah Daaris Sa'aadah I/222 oleh Ibnu Qayyim, tahqiq Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid cet. I Daar Ibni 'Affan 1416H
[19] Miftaah Daaris Sa'aadah I/386. Imam 'Atha' adalah Syaikhul Islam, sebagai mufti Masjidil Haram. (Lihat Siyar A'laamin Nubalaa' V/78-88 no. 29).
[20] Lihat al-I'tishaam I/341-342.
[23] Miftaah Daaris Sa'aadah I/396.
1 comment:
terima kasih sharing info/ilmunya...
saya membuat tulisan tentang "Berdzikir Membuat Hati Tetram, Benarkah?"
silakan berkunjung ke:
http://achmadfaisol.blogspot.com/2008/08/berdzikir-membuat-hati-tentram-benarkah.html
(link di atas adalah tulisan ke-1 dr 5 buah link berdzikir membuat hati tentram)
salam,
achmad faisol
http://achmadfaisol.blogspot.com/
Post a Comment